Jakarta, Oktober, IDN Hari Ini , Hai… pembaca setia Indonesia Hari Ini diseluruh pelosok tanah air, kami menyapa Kembali penggemar Indonesia hari ini melalui lanjutan artikel seri ke 3 yang lalu, dengan kalimat terakhir, Pengghargaan tertinggi Harus diterima pejabat tinggi pula kata Sophi wakil Dubes dengan rasa bangga. Dilanjutkan pada seri ke 4 ini, demikian:”Paspor hilang, Delegasi Tegang Pertolongan pun Datang”.
Ketika kita mengikuti tur ke luar negeri dengan perusahaan travel, tour leader atau tour guide dalam pengarahan awal selalu mengingatkan pentingnya paspor. Sering disebut secara guyonan bahwa paspor lebih penting daripada isteri atau suami yang ikut dalam rombongan. Menurut kita, ucapan itu berlebihan.
Namun kalo kita mengalami kehilangan paspor, baru kita menyadari betapa pentingnya paspor jika sedang berada di luar negeri. Itulah yang kami alami juga kata Aldentua yang pernah menangani kasus penggusuran pedagang asogan oleh Pemda DKI Jakarta tahun 1989-1990 ini, dalam pengalaman delegasi Indonesia ke Soul, Korea dalam rangka cara Asean Week 2019.
Sehabis pengarahan di kantor Sekretariat Asean -Korea Centre, kami diantarkan ke hotel. Kami belum bisa chek in, karena baru bisa melakukannya pada pukul 14.00 waktu setempat. Aturannya sangat ketat.
Jadi kami diberi tempat disebuah lantai semacam lobi khusus. Kami duduk dimeja dan kursi yang diediakan, dan anggota delegasi mencoba mengingat-ingat dimana paspor itu jatuh atau hilang. seperti yang diutarakan diatas tadi . Tiba-tiba, seorang anggota delegasi melapor, paspornya hilang ?. Semua kaget.Kebetulan ibu sianak ini juga ikut dalam rombongan sebagai penari. Ibunyapun marah-marah. Semua Tas , rangsel diperiksa, tidak ditemukan. Ditanya kepada anggota delegasi lainnya juga tidak ada. Dipastikan sudah hilang. Ibunya dan anggota delegasi mencoba mengingat- ingat dimana kira-kira paspor itu jatuh atau hilang . Ditanya ke kantor Asean – Korea Centre, tidak ada paspor ditemukan. Ditanya ke bus yang membawa rombongan dari bandara juga tidak ada.Delegasi tegang .
Pada hal sore ini kami akan mengadakan Latihan panggung dan geladi resik. Suaana hati tidak enak. Sebagai Ketua delegasi kata dia ( Aldentua Siringoringo-red), saya berusaha tenang dan tidak memberi komentar , apalagi ikut tegang. Seorang anggota delegasi penari sekaligus koreografer yang duduk satu meja dengan saya berkata, ito bisa tenang ya? Pada hal kita semua sudah tegang.
Apa mau dikata , sudah hilang, mau dicari kemana lagi ?jawabnya. Sudah semua ditanyakan . tak ada jawaban ujarnya. Nikmati saja ketegangan itu kesalnya. Itukah membuat saya tenang? Bertanya pada dirinya sendiri . Bukan itu dijawab sendiri . Namun lanjutnya, ada ceritra dibalik ketenangan saya ditengah ketegangan delegasi tersebut.
Seminggu sebelum keberangkatan , Kami membuat acara doa bersama , mengundang semua sahabat dan handai tolan serta relasi Gereja untuk mendoakan kami. Sekaligus kami melakukan latihan teraknir dengan mempertunjukan apa yang kira-kira yang akan dibawa ke acara Asean week tersebut.Seperti GR, sebelum berangkat. Salah seorang sahabat dan kerabat jauh ( sayang tidak disebut namanya-red) yang dari pergaulan kami sangat dekat menyampaikan kabar bahwa ia tidak bisa menghadiri acara doa pemberangkatan tersebut. Namun ada saudaranya yang bekerja di KBRI Seoul. Ia sudh meminta saudaranya ini untuk bisa membantu kami jika ada kesulitan di Seoul. Beliau memberikan nomor WA nya.
Saya mencoba menghubungi, tetapi tidak ada jawaban . Tak lama kemudian saya dihubungi saudaranya itu melalui telepon WA. Kami mengobrol, berkenalan . Rupanya sahabat dan kerabat jauh saya itu memberi perintah.Yang membawa rombongan ini, Amangboru kita,orang baik dan peduli budaya . Kau bantu habis selama di Korea. Jangan sampai ada keluhan dan atau kesulitan. Demikian perintah itu disampaikan . mereka memanggil saya “amangboru” dan saya memanggil mereka “tulang” . Filosofi Dalihan natolu orang Batak. Dalam obrolan tersebut lanjut Aldentua, saya sampaikan bahwa saya ingin mengirimkan fotocopy paspor semua peserta delegasi, melalui WA, juga surat tugas dari kementerian , surat undangan dari Asean Korea Centre, dan segala dokumen . Sekadara antisipasi dan jaga-jaga. Semua sudah ada arsipnya di WA Staf KBRI Seoul, Korea Selatan. Semua proses perjalanan kami, mulai dari persiapan di Bandara Soekarno – Hatta , lalu setiba kami di Seoul, sampai kami tiba di Hotel, saya kordinasikan dengannya. Nah Ketika ada kasus parpor hilang ini, saya melaporkannya juga.lalu keluar petunjuk . Saya disuruh melapor kekantor polisi terdekat, dibawa ke KBRI, nanti akan diurus. Jadi sebagai ketua delegasi , saya tenang ungkapnya. Saya minta penerjemah dan pendamping kami seorang mahasiswa Korea jurusan study Indonesia yang fasih berbahasa Indonesia membantu mengurus laporan ke polisi setempat . Mereka pergi mengurusnya dan menurut laporan dari ibu sianak yang kehilangan paspor itu, pelayanan polisi disana sangat luar biasa . Saya tidak bisa ikut karena harus mengurus Latihan dan GR kata ketua delegasi.
Di kantor polisi mereka disambut hangat dan dilayani dengan cepat. Tidak lebih dari sepuluh menit. Mereka sudah keluar dan urusan sudah beres. Mereka mengantarnya ke KBRI. Mereka mengira bahwa prosesnya akan melalui birokrai yang rumit. Ternyata orang yang melayani adalah Staf yang sudah berkordinasi dengan saya sejak seminggu sebelum berangkat ke Korea.
Sangat cepat urusannya ( tak diduga-red). Hanya pejabat yang menandagangani paspor pengganti sedang ke luar kota. Nanti paspor pengganti akan diantar oleh Staf KBRI itu. Luar biasa pelayanannya.Kami beruntung kata dia karena sedang menjalankan tugas bangsa dan negara sebagai delegasi Indonesia dipermudah. Kedua, karena mereka sudah mendapat fotocopy semua dokumen delegasi , tidak perlu lagi fotocopynya . Pertolongan itu datang (tidak terlepas dari yang kuasa Tuhan-red)dan sangat menggembirakan. Kami tampil tanpa ketegangan lagi. Ternyata di luarnegri ini, kekerabatan, persaudaraan dan rasa saling membantu sesama warga negara Indonesia, sangat terasa dan lebih kuat dari pada biasanya. Kami bangga menjadi orang Indonesia dan bangga menjadi delegasi Indonesia yang mengharumkan nama bangsa di luar negeri.Tidak hanya menolong Ketika paspor hilang. Rupanya mereka adalah orang-orang Staf KBRI dan komunitas masyarakat Indonesia di korea, datang menonton pertunjukan delegasi Indonesia. Mereka senang seakan berada di tanah air. Pelepas rasa rindu pada tanah kampung halaman , Indonesia. Mereka menanyai para penonton .Bagaimana penampilan delegasi Indonesia?. Mereka juga bangga karena para penonton orang-orang Korea ini , senang dengan musik Yang kami tampilkan.
Hidup Indonesia ! Wondeful Indonesia !. Paspor hilang, delegasi tegang, Pertolongan Tuhan datang, Persaudaraan dan bantuan KBRI membuat sukacita. ( Ring-o)