Jakarta Juli 2021, Suara Republik Nrews,Setelah jurnalis media ini memantau perjalanan Tulus Iklas Militan( TIM) 11, ternyata mereka mengalami insiden kecil,sejak dicegat di Jl. Sisingamangaraja Jakarta Selatan hingga digiring ke Wisma Atlit dan disana juga mereka adu argument dengan petugas, Karena petugas menanyakan atribut/ bendera yang dipakai para peseta rombongan ,yaitu bendera pahlawan Sisingamangaraja.
Sayangnya petugas mengaku orang batak, tapi menayakan atribut bendera pahlawan Sisingamangaraja, masih nanya atribut apa yang dipakai? Sudah jelas-jelas bendera Pahlawannya sendiri. Ditanya marga apa kata tim, gak perlu tanya ( dengan angkuhnya)petugas menjawab tim.Pada hal tim 11 dengan elegan/sopan mau di Swab mari kita ikuti semua anjuran petugas, kata ketua rombongan Togu Simorangkir. Kami bukan unjuk raja tapi aksi damai, untuk berusaha melestarikan Danau Toba dengan mohon kepada bapak Presiden menutup PT.PTL yangmerusak hutan Danau Toba, dan merampas hutan alam dan dan tanaman hutan Masyarakat Adat Nusantara.
Kalau kita flash back kebelakang Pabrik Kertas Toba Pulp Lestari sejak Kembali beropexrasi di tahun 2002 yang lalu hingga saat ini, sebenarnya tidak ada berdampak secara langsung untuk masyarakat Kabupaten Toba. Seharusnya hadirnya PT.TPL di Kabupaten Toba mesti merasakan perubahan ekonomi secara signifikan, Namun yang terjadi adalah sebaliknya.karena tenaga kerja yang dipekerjaan di PT.TPL ini hanya 1.070 orang sesuai laporan PT.TPL ke Disnakertrans Kabupaten Toba( sumber disnaker Toba Maret 2021) .menurut Jan Fery Manurung ketua umum )Rakyat Permata Nusantara (RPN) bahwa PT.TPL sangat diskriminatif dalam bekerjasama. Misalnya ada Perusahaan putra daerah tdk diterima oleh PT.TPL yang tidak jelas alasasannya.Sedangkan perusahaan milik dari luar Toba dipertahankan, apalagi salah satu staff d PT.TPL Bernama Tan Ai Lie menyebutkan kompetensi putra daerah diragukan. Inikan suatu kesombongan,bukannya mengajak untuk bermitra sekaligus membimbing mereka jika belum maksimal kemampuan putra daerah. Sikap demikian tak terpuji bahkan layak untuk blac list atau bahkan di usir bila perlu. Tan Ai Lie berusaha/bekerja di tanah leluhur nenek moyang anak daerah, malah tidak mempedulikan daerah tempatnya berbisnis/bekerja.
Apakah Pemerintah Daerah tutup mata dalam situasi seperti ini? dibiarkan terjadi konflik interest antar masyarakat Toba dengan PT.TPL ? atau jangan-jangan ada oknum atau pejabat public yang berada dibelakang PT.TPL? ( Ring-o)