IDN Hari Ini, Tulungagung – Warga Desa Tanggunggunung Kecamatan Tanggunggunung Kabupaten Tulungagung menyayangkan sikap Pemerintah Desa (Pemdes) Tanggunggunung dan instansi kesehatan terkait yang terkesan lamban dalam menindaklanjuti penanganan penyebaran DBD di wilayah setempat.
Sehingga dampaknya warga berinisiatif lakukan fogging mandiri sebagai langkah cepat upaya antisipasi setelah diketahui 10 orang anak terkonfirmasi positif DBD.
Seperti dikatakan salah satu tokoh warga setempat kepada jurnalis IndonsiaHariIni.com, saat kegiatan Fogging Mandiri berlangsung, Jumat (29/3/2024).
“Dari bulan Februari lalu, sudah ada sekitar 10 orang anak positif DBD di Desa Tanggunggunung. Bahkan sampai ada yang dirujuk ke RSUD Dr.Iskak Tulungagung.
Menyikapi hal itu, kami mengajukan permohonan kegiatan fogging atau pengasapan ke Pemdes Tanggunggunung sebagai upaya penanggulangan penularan DBD ini, namun permohonan kami kurang mendapatkan respon tanggap dari Pemdes Tanggunggunung dengan alasan tidak adanya anggaran.
Maka dari itu, kami berinisiatif lakukan fogging mandiri dengan dana iuran pribadi dari masyarakat” kata tokoh warga yang enggan disebut namanya.
Sementara itu, kekecewaan juga diungkapkan oleh Suryo, salah satu tokoh masyarakat Desa Tanggunggunung. Menurutnya, pihak Pemdes seharusnya bisa menganggarkan Dana Desa untuk penanggulangan bencana seperti endemik DBD.
“Kami sangat menyayangkan sikap Pemdes Tanggunggunung yang tidak cepat tanggap dan terkesan lamban dengan alasan tidak ada anggaran untuk penanganan penyebaran DBD.
Apakah tidak bisa Dana Desa ADD yang dianggarkan untuk bencana dan mendesak di tahun 2023 dipakai untuk penanganan endemik DBD ini?? kalau memang tidak bisa, lalu apa solusinya??. Kami sebagai warga desa hanya ingin Pemdes mengambil langkah untuk meredam kegelisahan dan kekhawatiran masyarakat desa terhadap penyebaran DBD yang dapat menyebabkan kematian” tutup Suryo (IDN/TLA)