Foto ; Sekdis Pendidikan Kota Cirebon, Elang Tomy Iplaludin.
Cirebon, IDN Hari Ini – Di rusak oleh oknum Tidak Bertanggung jawab, Kenapa tidak pernah berkoordinasi dulu, Tidak pernah mengadakan Komunikasi Terlebih dahulu.
Lamanya 7 bulan bekerja keras siang dan malam berkonsentrasi semuanya untuk SMPN.4. Kota Cirebon
Beragam tanaman, di tanam di setiap sudut sekolah, terutama di ruang tengah halaman. SMPN. 4 Kota Cirebon mempersiapkan diri mengikuti penilaian sekolah rintisan Adiwiyata.
Di rusak oleh oknum Tidak Bertanggung jawab, Kenapa tidak pernah berkoordinasi dulu, Tidak pernah mengadakan Komunikasi Terlebih dahulu.
Ketika ditemui Indonesia hari ini, Sekdis Pendidikan Kota Cirebon, Elang Tomy Iplaludin, Kamis (11/11)i ruang kerjanya mengatakan saya sangat kecewa, dengan adanya kejadian seperti itu, namun harus didefinisikan dulu pengertian merusak, yang dimaksud merusak adalah barang yang tadinya ada, atau tanaman yang tadinya ada jadi tidak ada, yang memang sudah dikonsep menjadi sekolah hijau dengan serta merta Plt Kepala Sekolah Lilik Agus Darmawan, dengan inisiatif atau dengan sengaja atau tidak sengaja namun yang jelas dengan pengaduan dari masyarakat bahwa sekolah yang tadinya hijau jadi gersang terutama di ruang tengah halaman.
Sebetulnya saya,Elang Tomy Iplaludin saat sebagai Kepala Sekolah SMPN. 4 selain unggulan di akademis olahraga dan lain sebagainya.
Ada unggulan nilai kepercayaan dari masyarakat yaitu menjadi sekolah berbasis pendekatan pada alam tentunya halaman itu berbentuk taman.
Tamannya disebut taman edukasi, jadi sangat disayangkan kejadian ini dan saya mengharapkan mudah mudahan ini adalah pembelajaran untuk tidak serta merta saling menghormati menghargai itu adalah sesuatu yang sangat diharapkan ketika negara kita adalah negara hukum, negara kita adalah negara yang berideologi pancasila.
Apa salahnya sih tanaman itu tidak bersalah bahkan menurut ajaran agama semua makhluk hidup yang ada di dunia ini beribadah kepada Allah SWT.
Termasuk tanaman ibadah, mereka memberikan buah, ibadah mereka memberikan kesejukan, ibadah mereka memberikan oksigen, ibadah mereka memberikan bunga dan keindahan ini semua untuk manusia, jadi alangkah tidak santun kalau apa yang sudah ada ini dirusak apalagi masyarakat sudah tau terutama masyarakat berpendidikan yang berkaitan dengan SMPN. 4, betapa indahnya taman bunga yang ada di tengah taman bunga yang ada di tengah yang disebut juga taman Habibi Ainun, nah ini di ganti seenaknya konsepnya mungkin berbeda, saya konsep pendekatan pada alam dengan di buktikan adanya taman edukasi nantinya bakal kalau saja pemerintah mengeluarkan kebijakan mengajar tidak terbatas usai dengan pandemi, nya makan solusi, nya dapat belajar mengetahui tentang alam tentang tumbuhan tentang karakter tanah tentang buah tentang bunga dll.
Saya membuat tanaman itu satu lahan berbagai macam ratusan spesies tanaman itu tujuannya supaya anak didik kita kedepannya bisa mengetahui oh negara kita ini kaya raya ragan tanaman kami yang beritikad seperti itu dipatahkan dengan pihak.
Konsep kami itu adalah konsep hutan, hutan kota, hutan sekolahan sehingga dengan tujuan yang paling luasnya adalah SMPN. 4 bisa menyediakan persedian oksigen untuk masyarakat yang ada disekitarnya.
Dimana kita di Kota Cirebon mungkin agak kurang rth, nya ruang terbuka hijaunya. Salah satu dalam dunia pendidikan yang di ucap oleh SMPN. 4 Kota Cirebon, kita persembahkan untuk Kota Cirebon taman hijau, taman yang bisa menyediakan oksigen.
Taman yang bisa memberikan warna warna tersendiri.
Saya sangat kecewa dengan kejadian keputusan inisiatif dari Plt Kepsek, yang dimana beliau hanya dibatasi dengan waktu di tentukan oleh pemerintah daerah Kota Cirebon, akan digantikan dengan kepsek definitif.
Masih menurut Sekdis Pendidikan, Elang Tomy Iplaludin, saya secara pribadi mengencam dan kecewa dengan keputusan Plt Kepala Sekolah SMPN. 4 Cirebon, saudara Lilik Agus Darmawan yang tidak pernah berkoordinasi terlebih dahulu, tidak pernah mengadakan komunikasi terlebih dahulu sehingga ini bisa terjadi.
Karena hal ini bukan berarti perusakan bisa di ganti dengan sesuatu lagi, tidak bisa halnya kita merusak meja, meja di ganti. Karena tanaman itu juga mempunyai nyawa, tanaman itu juga mempunyai batas waktu ketika tidak ditanam di tanah.
Sehingga apapun yang terjadi pada saat nanti ada proses penggantian tidak sama seperti apa yang telah di konsep kan dimasa lalu jadi kembali lagi kepada masyarakat tentang inisiatif Plt
benar atau tidak, salah atau tidak karena gedung sekolah ini milik masyarakat, milik pemerintah, pemerintah notabenenya adalah masyarakat, ujarnya. ( Mh)