Home / Internasional

Senin, 28 Februari 2022 - 13:48 WIB

Putin Frustasi Pertahanan Ukraina Kuat, Gagal Dominasi Udara

IDN Hari Ini – Terlepas dari keuntungannya yang luar biasa, pasukan Rusia di Ukraina menghadapi perlawanan yang lebih keras dari yang diperkirakan sebelumnya.

Menanggapi hal tersebut, Kremlin enggan berkomentar mengenai rincian operasi militer.

Sementara, Kementerian Pertahanan Rusia bersikeras serangan mereka telah berhasil.

Seorang pejabat senior pertahanan Amerika Serikat (AS), mengatakan ada indikasi dalam 24 jam terakhir Moskow merasa frustrasi karena progres yang lambat akibat pertahanan Ukraina yang ternyata kuat.

Seorang wanita menangis saat dia duduk di luar sebuah bangunan yang rusak akibat pemboman di kota Kharkiv, Ukraina timur pada 24 Februari 2022, saat angkatan bersenjata Rusia melancarkan invasi militer ke Ukraina. – Presiden Rusia melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina pada 24 Februari, menewaskan puluhan orang dan memaksa ratusan orang melarikan diri demi nyawa mereka di negara tetangga yang pro-Barat itu.

Serangan udara Rusia menghantam fasilitas militer di seluruh negeri dan pasukan darat bergerak dari utara, selatan dan timur, memicu kecaman dari para pemimpin Barat dan peringatan sanksi besar-besaran.

Kementerian Pertahanan Inggris mencuitkan, kemajuan militer Rusia terhenti.

Dikutip dari BBC, laporan menyebut pasukan Rusia di sejumlah wilayah kehabisan bahan bakar.

Baca Juga  Warga Desa Kemiriombo, Wonosobo - Jawa Tengah, Adakan Penutupan Hari Kemerdekaan RI Ke -78

Institute for the Study of War mencatat perlawanan Ukraina tetap sangat efektif, meski Rusia lebih unggul dalam hal daya tembak.

“Sebenarnya, para jenderal Pentagon percaya, dalam 72 jam, perlawanan terorganisir Ukraina akan runtuh dan kemudian mungkin menjadi perang gerilya.”

“Jadi mereka menyediakan senjata yang sebenarnya, sebelum perang pecah, sudah dapat digunakan oleh gerilyawan, seperti roket peluncur dari bahu, tombak, dan senjata anti-tank lainnya,” kata Pavel Felgenhauer, analis pertahanan yang berbasis di Moskow, pada DW.

Analis mengatakan, kepemimpinan militer Rusia terkejut dengan kurangnya dampak mereka pada serangan udara.

“Pasukan Rusia mengalami kesulitan menekan pertahanan udara dan kedirgantaraan Ukraina, juga pasukan Ukraina,” ujar Mathieu Boulegue, seorang peneliti di Program Rusia dan Eurasia di Chatham House, pada DW.

Pentagon percaya saat ini Rusia telah memindahkan setidaknya 50 persen pasukan ke Ukraina, dari sekitar 150 ribu tentara yang dikumpulkan di perbatasan.

Bukan hanya tentara reguler yang membuat terobosan melawan pasukan Rusia, tetapi juga sukarelawan yang telah membentuk milisi dan mempersenjatai diri dengan bom molotov buatan sendiri.

Baca Juga  Lahan Pengendapan Taksi Bandara Soetta Tak Boleh Dikomersilkan, Diduga untuk Kepentingan Segelintir Oknum

Mereka memasang penghalang jalan dan menghapus rambu-rambu jalan untuk membingungkan pasukan Rusia.

Sebagian besar analis memperkirakan, fase perang saat ini hanyalah tahap pertama dari taktik multi-cabang, dan bahwa militer Rusia sekarang akan memperluas serangan.

“Mereka mulai dengan semacam perang hibrida yang diharapkan semua orang. Maksud saya Pasukan Khusus, penerjun payung, yang bukan hal klasik yang dikuasai militer Rusia.”

“Ini bukan cara pertempuran di Suriah, di mana mereka membebaskan kota-kota Suriah, mengubahnya menjadi tumpukan puing.”

“Sekarang kemungkinan besar mereka akan lebih serius, lebih bergaya Rusia, dan lebih agresif dalam menggunakan persenjataan berat,” terang Felgenhauer.

Sementara itu, Presiden Rusia, Vladimir Putin telah bereaksi terhadap serangan militer yang terhenti.

Masih mengutip DW, ia telah menempatkan pasukan pencegah nuklir di Rusia dalam siaga tinggi.

Selain terkait serangan, aksi Putin ini dilakukan lantaran buntut dari pernyataan agresif pejabat tinggi anggota NATO.

“Negara-negara Barat tidak hanya mengambil tindakan tidak bersahabat terhadap negara kita di bidang ekonomi, tetapi pejabat tinggi dari anggota NATO terkemuka membuat pernyataan agresif mengenai negara kita,” kata Putin dalam komentar yang disiarkan televise.

Baca Juga   Ini Ramalan Terbaru WHO Corona Berakhir?

Salah satu peluncur roket tersebut, TOS-1, terlihat di dekat kota Belgorod dekat perbatasan Rusia dengan Ukraina pada Sabtu sore, CNN melaporkan.

TOS-1 adalah salah satu sistem senjata paling menakutkan di gudang senjata konvensional Rusia.

Ini terdiri dari wadah bahan bakar dan dua bahan peledak terpisah.

Mereka menggunakan oksigen dari udara sekitarnya untuk menghasilkan ledakan suhu tinggi.

Senjata itu pertama kali digunakan oleh militer Soviet di Afghanistan, dan terakhir di Suriah.

Presiden Rusia Vladimir Putin berpidato di Kremlin di Moskow pada 21 Februari 2022.

Pasukan Rusia telah menggunakan sistem roket ganda BM-21 “Grad” (“Hail”) di timur dan selatan Ukraina.

Gambar peluncur roket BM-21 yang hancur atau ditinggalkan di Kharkiv telah beredar, namun tidak ada verifikasi independen terkait foto tersebut.

Ada juga kekhawatiran tentang peningkatan penggunaan rudal jelajah Kalibr terhadap Kyiv dan kota pelabuhan selatan Odesa.

Rudal ini dapat ditembakkan dari kapal, pesawat, serta kapal selam dan dapat dilengkapi hulu ledak konvensional dan nuklir. (IDN )

Tag: Headline, internasional, Invasi, Ukraina Rusia, Nato, Sanksi Ekonomi

Share :

Baca Juga

Internasional

Moskow Hajar Taliban Siapkan 30 Thank   Modern di Perbatasan Tajikistan

Banten

Lahan Pengendapan Taksi Bandara Soetta Tak Boleh Dikomersilkan, Diduga untuk Kepentingan Segelintir Oknum

Daerah

Putra Onan Ganjang Samuel Marbun Mengharumkan Nama Kabupaten Humbahas

Internasional

Menhan Prabowo Bertemu Menhan China Bicarakan Kerja Sama Komprehensif

Banten

Sampah Bandara Soekarno-Hatta Menggunung, Akibat Warisan PT. ISU Yang Tidak Memenuhi Standarisasi SLA

Internasional

Presiden Jokowi Singgung Krisis Politik di Myanmar Ketika Menghadiri KTT ASEAN ke-39 Secara Virtual

Banten

Heboh..!!! Armada Angkutan Sampah Membuang Sampah Secara Ilegal, Direksi PT. Angkasa Pura II Siap Dilaporkan

Daerah

Wakil Bupati Samosir, Sambut Hangat Kunker Wakil Dubes Amerika Serikat

Contact Us