Turut hadir pengawas dari Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Moh Na’im. Ketua Yayasan Masjid Al Mubarok, Firatmo Sanyoto. Ketua pembina yayasan, M Masmuk. Rois Syuriah MWC-NU Gunung Anyar yang sekaligus menjadi pembina yayasan, K.H. Kemas Abdulrahman bin Kemas Awang. Selain itu, terlihat juga wali maurid dan tokoh masyarakat sekitar sekolah.
Sebagai pengisi acara, para juara dari lomba Tahfiz, Tartil dan Pildacil ditampilkan dalam perayaan Isra’ Mi’raj. Selain itu, para tamu undangan juga dihibur dengan penampilan ektra menari, al banjary, angklung dan MC.
Suasana sontak berubah dikala waktu penampilan dari anak-anak. Para orang tua yang tidak ingin kehilangan momentum istimewa, langsung maju ke depan guna merekam penampilan buah hatinya.
Saya senang melihat sekolah ini. Ucap Moh Na’im ketika sambutan. Seharusnya, lanjut Na’im, yang memperhatikan sekolah ini bukan hanya kepala sekolah dan guru-guru. Tapi ini harus menjadi perhatian seluruh umat islam. Karena ke depan sekolah ini berbasis pesantren.
Billughotil arobiyah. Berbahasa Arab. Menggunakan nadhom-nadhom yang biasa dihafalkan oleh santri di pondok. Kalau bisa, besok siswanya pulang sore. Setelah sholat ashar. Jadi anak-anak ketika pulang, dalam kondisi sudah sholat ashar. Jelasnya.
Pernyataan ini menjadi perhatian khusus pembina yayasan, K.H. Kemas Abdulrahman bin Kemas Awang. Kalau tadi pengawas bilang ‘kalau bisa’, sekarang saya pertegas lagi. Harus bisa! Harus dipaksakan! Kalau mau berubah menjadi baik. Memang harus dipaksakan! Tentara menjadi disipilin, itu awalnya juga dipaksa. Lama-lama pasti terbiasa.
Sebagaimana diketahui, sebelum diresmikan menjadi Sekolah Berbasis Pesantren, SDI Al Mubarok sudah menambahkan pelajaran agamanya. Yang sebenarnya hanya Pendidikan Agama Islam (PAI), SDI Al Mubarok sudah ada pelajaran Aqidah Akhlaq, SKI, Fiqih, Quran Hadits dan Bahasa Arab.
Wartawan : Reva Marliana
Editor : Hasyem As’Ari